Wednesday, October 3, 2012

Hati-hati Mengonsumsi Obat Pelangsing

MEMILIKI tubuh langsing, tinggi semampai, dan singet adalah dambaan setiap
orang, terutama kaum hawa. Dengan bentuk tubuh yang indah, tentunya akan punya
”nilai jual” yang lebih tinggi dan otomatis akan lebih menarik bagi lawan
jenis. Lebih-lebih bagi mereka yang masih lajang. 


Memiliki tubuh idaman bukanlah merupakan perkara mudah. Kita mesti
mengupayakanya dengan maksimal dan sekuat tenaga. Apalagi, bagi mereka yang
punya hobi ngemil, makan tidak diatur dan jarang olah raga, rasanya tubuh
langsing itu hanyalah khayalan belaka.

Tak mengherankan jika kini banyak ditawarkan berbagai obat ataupun suplemen
dengan iklan yang menggiurkan, yang mempromosikan bisa menjadi langsing secara
instan. Karena keinginan yang menggebu itu, mereka biasanya tidak menghiraukan
lagi efek negatifnya yang bakal terjadi dan langsung saja dikonsumsi secara
serampangan, tanpa konsultasi dengan tenaga medis.

Andrea De Cruz, seorang bintang televisi Singapura, adalah salah satu
contohnya. Ia terpaksa harus mendekam selama beberapa lama di rumah sakit dan
mesti menjalani cangkok liver akibat menenggak pil pelangsing secara
berlebihan. Kabarnya pula, hal serupa telah menimpa 13 orang lainnya akibat hal
yang sama. Kebanyakan dari mereka menderita hipertiroid, ketidakteraturan
denyut jantung dan hepatitis.


Kejadian umum yang terjadi adalah mengonsumsi obat pelangsing tanpa resep
dokter sehingga sulit untuk memonitornya bila ada hal-hal yang tidak
diinginkan.

Tak bisa dipungkiri, animo masyarakat — terutama kaum hawa yang merasa gembrot
— terhadap obat pelangsing ini sangat tinggi. Kalangan pedagang, baik di
apotek, toko obat, dan distributor farmasi, mengakui penjualannya cukup laju
pesat. Peningkatan tren ini juga dipicu oleh iklan-iklan di berbagai media
cetak dan elektronik yang cukup gencar. Kita juga sering menjumpai selebaran di
berbagai tempat umum.



Dr. Budiono Santosa, dari Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat
Universitas Gadjah Mada mengatakan, sebenarnya secara klinis tidak ada obat
mujarab — apalagi instan — yang bisa melangsingkan tubuh. Jika banyak oang yang
mengonsumsinya, itu lebih kepada gaya hidup kaum modern yang cenderung tidak
mau ”ketinggalan zaman” dengan perilaku sosial di sekelilingnya.

Seseorang menjadi gemuk karena adanya penumpukan lemak atau kelebihan cairan
dalam sel. Pada proses menjadi gemuk, jumlah sel tubuh akan terus bertambah dan
ketika perubahan jumlah sel berhenti, ukuran selnya bertambah. Penimbunan lemak
terjadi karena makanan (terutama karbohidrat) yang masuk berlebihan,
dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.

Makanan akan dirombak menjadi energi, namun tubuh tidak memanfaatkannya.
Akibatnya, surplus energi ini akan disipan dalam tubuh dalam bentuk lemak
sebagai energi cadangan. Oleh karena itu, berat badan seseorang hanya dapat
dikurangi dengan membatasi asupan makanan atau diet, dan meningkatkan keluaran
energi melalui aktivitas fisik (olah raga teratur). Cara ini sepertinya
sederhana saja, tapi dalam kenyataannya perlu motivasi diri yang benar-benar
kuat. 

DI pasaran dewasa ini, ada beberapa jenis obat yang perlu memakai resep dokter
dan pemonitoran ketat dalam pemakaiannya. Dan obat-obat ini sebenarnya bukan
melulu direkomendasikan untuk pelangsing, hanya beberapa upaya saja bagi mereka
yang ingin mencobanya.

Obat-obatan itu di antaranya:

A. Golongan Orlistat

Cara kerja obat golongan ini adalah dengan menahan penyerapan lemak dalam usus
besar dengan jalan menghambat pemecahan molekul lemak dalam usus besar.
Direkomendasikan pemakaiannya selama 2 tahun. Efek samping yang berat belum
dilaporkan, tapi kebanyakan pasien mengeluhkan pe-rasaan tidak nyaman pada
perut (keram perut), inkontinensia (buang air kecil tidak terkontrol, ngompol)
dan tubuh bisa kehilangan vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam air jika
penggunaan terus-menerus. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu
yang sedang menyusui dan anak di bawah 18 tahun.

B. Golongan Mazindol

Cara kerja obat golongan ini adalah sebagai penahan nafsu makan. Obat ini
bekerja pada reseptor nor adrenalin, serotonin, dan dopamin dalam otak agar
bisa mengontrol nafsu makan atau mengurangi dan mengontrolnya.

Efek samping yang sering dijumpai adalah jantung berdegup lebih cepat, kepala
terasa melayang, mulut kering, rasa tidak nyaman di perut, kekacauan waktu
tidur, kulit sering gatal-gatal, dan tekanan darah bisa meningkat.

Golongan lainnya adalah Diethyl propion HCl, Sibutramine, Phentermine, dan
D-norpseudoephedrine.

C. Golongan Furosemide

Obat golongan ini bekerja sebagai diuretika (memperbanyak keluaran air
seni/urine). Berkurangnya air dalam tubuh memang dapat menyusutkan berat badan.
Berkurangnya berat badan itu bukan karena menjadi kurus, melainkan karena
cairan tubuhnya bekurang sehingga sel-selnya mengecil. Itu pun bersifat
sementara. Bila cairan keluar berlebihan, bisa terjadi dehidrasi dan ini sangat
membahayakan tubuh dan berisiko pada fungsi ginjal yang tidak normal.

Di samping obat-obatan di atas yang mesti memakai resep dokter, ada juga produk
yang dijual sebagai food supplemen.

Produk jenis ini tidak punya bahan aktif dan cara kerjanya sebagai makanan
pengganti rendah kalori saja (tapi biasanya tinggi protein). Efek sampingnya
karena terlalu besar kadar proteinnya jika dikonsumsi berlebihan bisa juga
mengakibatkan dehidrasi, kehilangan mineral, dan bisa juga gagal ginjal.
Disarankan, selama meminum obat ini harus banyak minum.

Jenis yang lain adalah jenis pembakar lemak. Bahan aktifnya adalah L-carnitine,
inositol, L-methionine, dan asam pantotenat. L-carnitine sebagai asam amino
akan membakar lemak dengan bantuan asam pantotenat. Efek sampingnya adalah
tubuh akan kekurangan nutrisi yang diperlukan dalam jangka waktu panjang.

Satu lagi produk tanpa resep alias dijual bebas, yaitu golongan penahan nafsu
makan. Produk ini berisi suplemen yang akan menggumpal dalam lambung dan ini
akan mengurangi nafsu makan karena perut sudah merasa kenyang. Terkenal degan
apa yang disebut makanan/minuman berserat. Jika dikonsumsi dalam jangka
panjang, bisa mengakibatkan adanya penyumbatan dalam usus besar dan sangat
membahayakan.



SELAIN dua golongan produk itu, masih ada satu lagi produk yang beredar dan
masih bebas juga dibeli yaitu golongan yang terkenal dengan sebutan teh
pelangsing. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), saat ini ada
sekira 10 macam teh pelangsing yang beredar di pasaran dan enam di antaranya
buatan luar negeri. Pada umumnya yang dinamakan teh pelangsing itu berisi
campuran daun teh (Thea folium) dengan beberapa tumbuhan bahan/sediaan
tradisional dan beberapa diantaranya ditambah juga akar wangi untuk memperkuat
aromanya.

Secara farmakologis, teh pelangsing juga bisa dikategorikan sebagai diuretik
(pelancar air seni saja). Menurut Dr. Budiono, masyarakat kini begitu gandrung
dengan teh pelangsing ini, dan lagi-lagi beliau katakan ini lebih banyak faktor
psikologis semata karena konsumen telah termakan oleh iklan. Namun demikian,
minum teh pelangsing ini tidaklah akan berbahaya (kecuali kalau sangat
berlebihan karena akan terjadi dehidrasi pula) karena tidak ada efek samping.

Jadi paling banter efek sampingnya adalah boros. Thea folium atau daun teh
dalam teh pelangsing mengandung kafein sekira 1-2,5% yang bisa mendorong
aktivitas dan teofilin yang berfungsi sebagai bahan pelancar air seninya.
Tambahan sediaan lainnya di antaranya Kayu Rapat atau Parameni barbata yang
menurut buku Tumbuhan Berguna Indonesia, bermanfaat untuk mengerutkan rahim
yang membesar dan mencegah rahim melorot. Jadi sebenarnya tidak ada kaitannya
dengan hal melangsingkan tubuh.

Tumbuhan tambahan lainnya biasanya Adas (Foeniculum vulgare) yang dikenal
sebagai obat pembuang gas. Menurut J. Kloppenburg dalam bukunya Petunjuk
Lengkap Mengenai Tanaman di Indonesia dan Khasiatnya, jika ditambahkan Pulasari
(Alyxia stellata), bisa untuk melancarkan air seni.

Sediaan lain yang sering juga ditambahkan adalah daun Jati belanda (Buazuma
ulmifolia) yang menurut K. Heyne, jika diminum dua kali sehari selama 1 bulan,
bisa untuk melangsingkan tubuh karena bisa meluruhkan lemak.

Kesimpulannya, apa pun obat pelangsing yang Anda pilih hendaknya tidak
dikonsumsi dengan serampangan dan sembrono. Konsultasikan dengan tenaga medis
sehingga bisa dipantau pekembangannya.

Untuk obat bebas, juga hendaknya dibaca aturan pakainya dengan benar dan jika
ragu sebaiknya konsultasikan juga pada orang yang kompeten di bidangnya. Jangan
sampai Anda merugi, ingin langsing malahan masuk ke rumah sakit.

No comments:

Post a Comment